August 31, 2014

Sebagian orang mungkin beranggapan uang bisa membeli segalanya. Ia bisa memuaskan semua yang manusia inginkan. Namun ada beberapa hal yang tak bisa dibeli oleh uang, salah satunya ialah cinta dan kesetiaan. Ketika seseorang telah jatuh cinta pada suatu hal dan ia memutuskan untuk menjaga cintanya tersebut, ia mencoba untuk tidak tergiur oleh sesuatu yang lebih gemerlap atau yang lebih besar, demi mempertahankan sesuatu yang ia cintai. Fenomena ini pun terjadi dalam dunia sepakbola. Dalam dunia sepakbola kita mengenal beberapa pemain yang lebih memilih untuk setia kepada klub yang mereka cintai, yang mereka bela sejak kecil, dibanding harus pindah ke klub lain yang lebih besar, yang menawarkan mereka gaji yang lebih tinggi, meskipun klub yang ia cintai sedang terpuruk. Ambil contoh di sepakbola modern ini ada Paolo Maldini, Alessandro Del Piero, Francesco Totti, Javier Zanetti, Frank Lampard, John Terry, Ryan Giggs, Carles Puyol, Jamie Caragher serta Steven Gerrard. Mereka setia membela klub yang dicintai, dan enggan untuk pindah ke klub lain, atau setidaknya tidak pindah ke klub rival.

Dalam beberapa hari terakhir, media-media ternama di Inggris gencar memberitakan rumor akan hengkangnya Daniel Agger dari Liverpool. Puncaknya, semalam pihak resmi Liverpool mengumumkan bahwa seorang bek yang telah 8 tahun lebih berseragam The Reds tersebut kini telah resmi kembali ke tanah airnya, membela klub masa kecilnya. Hal ini mematahkan spekulasi selama setahun belakangan bahwa ia diisukan akan pindah ke klub raksasa Eropa lainnya. Untuk mengenangnya, berikut ini akan saya paparkan beberapa hal tentang pemain yang menyukai nomor punggung 5 ini.

Masa kecil dan Brondby
Daniel Munthe Agger adalah nama lengkapnya. Lahir dan dibesarkan di kota Hvidovre, bagian timur Denmark, 29 tahun yang lalu. Ia menghabiskan masa mudanya sebagai pesepakbola saat berumur 12 tahun di akademi Brondby IF dari tahun 1996 hingga 2004. Berkat bakat dan talentanya, pada tahun 2003 ia dipanggil untuk membela timnas U20 negaranya. Saat usianya baru beranjak 19 tahun, ia dikontrak sebagai pemain professional oleh Brondby. Debut professional pertamanya terjadi saat Brondby melawan OB Odense pada 25 Juli 2004. Ia juga terpilih sebagai pemain terbaik dalam 3 laga awal debutnya secara berturut-turut. Selama masa-masa itu ia bermain 34 kali pada pertandingan kompetitif dan menciptakan 5 gol. Termasuk rekor yang impresif untuk pemuda seusia dirinya dan berposisi sebagai bek tengah. Tak hanya itu, karirnya di timnas pun terus berlanjut hingga ia dipanggil ke Timnas U21. Mendengar ada talenta bagus dari negeri seberang, Liverpool pun kemudian tertarik untuk mendatangkannya. Mahar 6 juta pounds pun harus dikeluarkan oleh Liverpool untuk memboyongnya. Transfer tersebut menjadi pembelian termahal LFC untuk seorang bek, dan menjadikan ia pemain termahal dari Liga Denmark yang pernah dijual ke klub lain di luar negeri. Dalam wawancaranya, Rafael Benitez, pelatih LFC saat itu mengatakan: "He will be a Liverpool centre back for the next ten years." Dan kini ucapannya telah terbukti.


Karir di Liverpool
Di masa-masa awal berseragam Liverpool, ia masih berada di bawah bayang-bayang kebesaran Sami Hyppia dan Jamie Carragher yang sudah menjadi ikon lini belakang klub selama bertahun-tahun. Debutnya bersama tim utama terjadi pada 1 Februari 2006 saat Liverpool ditahan Birmingham City 1-1 di Anfield. Namun setelah itu cedera panjang menghampirinya, membuat ia hanya bermain 4 kali sepanjang Januari hingga Mei 2006. Namun, ia terus bekerja keras untuk mendapatkan tempat di tim utama. Gol pertamanya untuk Liverpool dicetak di musim 2006/2007 saat menghadapi West Ham United di Anfield. Istimewanya, ia mencetak gol tersebut dari luar kotak penalti di depan tribun The Kop yang saat itu tengah merayakan 100 tahun tribun itu berdiri. Gol tersebut juga dianugerahi sebagai Premier League Goal of The Month: August 2006. Sebuah momen yang pastinya takkan pernah bisa ia lupakan. Total 232 penampilan dan 14 gol telah ia bukukan selama berseragam The Reds di seluruh kompetisi resmi. Prestasi terbaiknya ialah saat mampu mengantarkan The Reds ke final Champions League 2007 (meski saat itu kalah 1-2 oleh AC Milan), juara Community Shield 2006, serta juara Carling Cup 2012.



The Great Dane, begitu para fans memaggilnya, telah menjadi ikon klub kota pelabuhan selama 5 tahun belakangan. Bersama Steven Gerrard dan Jamie Carragher ia menjadi simbol pemain yang loyal terhadap klubnya. Tahun 2013, ia diisukan akan hengkang ke Barcelona. Klub asal Catalan tersebut menawarinya gaji yang tinggi. Tapi transfer tersebut tak pernah terwujud. Ia lebih memilih bertahan di Anfield meski telah 5 tahun tidak bermain di level tertinggi Eropa. Selain Barca, klub-klub lain yang pernah diisukan menginginkannya ialah Napoli, Madrid, Man City, Atletico serta Arsenal. Jika ada yang menyangsikan kecintaannya kepada Liverpool, lihatlah beberapa tattoo di tubuhnya. Tattoo bertuliskan 'YNWA' di jari tangan kanannya adalah bukti shahih bahwa ia sangat mencintai klub berlambang Liverbird ini.


Musim panas 2014
Liverpool kehilangan Luis Suarez di bursa transfer musim panas tahun ini. Sang predator EPL musim lalu tersebut lebih memilih bergabung dengan klub alien, demi mewujudkan mimpinya. Ya, Suarez kecil pernah bermimpi ia ingin bermain sepakbola dengan seragam Barcelona menempel di tubuhnya. Keberhasilan Liverpool finish di peringkat 2 Liga Inggris musim lalu dan dipastikan main di Champions League musim ini tidak mampu menahan hasratnya tersebut. Brendan Rodgers tidak menyia-nyiakan uang 75 juta pounds hasil penjualan si tukang gigit itu. Sang juru taktik kemudian membeli 9 pemain yang semuanya diprioritaskan untuk menambal pos-pos yang musim lalu menjadi titik lemah tim serta untuk menambah kedalaman skuad. Salah satu pembelian sukses Brendan ialah bek paling bersinar Southampton musim lalu, Dejan Lovren. Di pertandingan debutnya, ia langsung mencetak gol melalui header saat LFC menjajal kekuatan Borussia Dortmund di friendly match. Mungkin ini yang membuat Agger memiliki keinginan untuk hengkang. Ia berfikir ia akan terus duduk di bangku cadangan sepanjang musim jika ia tidak pergi, apalagi LFC masih punya Mamadou Sakho dan Kolo Toure dalam daftar pemain yang mampu beroperasi di pos CB. Raut wajah Agger saat menghadiri pertandingan persahabatan melawan Dortmund di bawah ini menguatkan opini tersebut.


Akhirnya, setelah berkarir selama hampir 9 tahun berseragam merah, ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Denmark, membela Brondby, klub yang telah mendidik dan membesarkannya sebagai pemain hebat. Sebuah keputusan yang bijak mengingat di usianya saat ini (29 tahun) masih memungkinkan dirinya untuk bermain di level tertinggi dengan klub besar lain baik di EPL, maupun di liga besar Eropa lainnya. Namun hati kecilnya berkata lain, ia hanya mencintai Liverpool dan klub masa kecilnya, Brondby. Baginya tidak ada yang lebih besar dari keduanya. Hatinya telah terpaut pada dua klub tersebut. Sebuah bentuk kesetiaan yang jarang kita lihat dalam dunia sepakbola modern dimana uang menjadi daya tarik utama. Seperti sebuah lagu milik The Beatles yang berjudul Money Can’t Buy Me Love. Uang memang bisa menggoda, tapi ia tak bisa membeli cinta.

"I think it's unacceptable to play for one of Liverpool's rivals. It is about having respect for the club you play at."
"I am proud to pull on my Liverpool shirt and will never go to another club in England."
- Daniel Agger -


Terima kasih Daniel Agger. Sukses selalu. YNWA.

_________________________________
Baca juga:
- Sejarah Panas 'North West Derby'
- Sejarah dan Keunikan 'Merseyside Derby'

Go to LFC Indonesia website Go to Liverpool FC website