Liverpool adalah rumah bagi lebih dari lima ratus ribu warganya yang terletak di pinggir Sungai Mersey yang bermuara ke Samudera
Atlantik yang berada di laut lepas sejauh mata memandang. Kota ini memang tidak
sebesar London ataupun Manchester yang sangat maju dengan ekonomi dan bisnisnya,
tetapi dalam hal sepakbola, Liverpool adalah kota tersukses dalam sejarah hirarki
sepakbola Inggris. Di kota ini, ada 2 klub besar yang pertemuan antara keduanya memiliki sejarah panjang dan keunikan tersendiri, siapakah mereka dan bagaimana kisahnya? Check this out!
Jika Anda adalah seorang penggemar Liga Inggris sejati, pasti Anda sudah tidak asing lagi dengan istilah Merseyside Derby. Merseyside Derby adalah derby yang mempertemukan antara dua klub sepakbola berbeda yang berasal dari satu kota yang sama, yaitu Liverpool. Liverpool FC dan Everton FC, itulah nama kedua klub tersebut. Julukan ‘Merseyside Derby’ sendiri muncul saat sebuah koran nasional memakai istilah tersebut di tahun 1955. Lahir dari satu rahim yang sama, yaitu Anfield, keduanya tumbuh dan besar menjadi klub elit papan atas di Liga Inggris. Everton, sang kakak, didirikan terlebih dahulu 135 tahun yang lalu dengan nama St. Domingo’s FC. St. Domingo sendiri adalah nama sebuah gereja di daerah district Everton, dan pemain dalam tim nya merupakan jemaat gereja tersebut. Setahun kemudian berganti nama menjadi Everton FC dikarenakan penduduk lokal (Everton) juga ingin berpartisipasi dalam tim. Mereka menyewa lapangan Anfield yang dimiliki oleh John Houlding sebagai home base mereka. Namun perseteruan petinggi Everton dengan John Houlding yang menaikkan harga sewa stadion kala itu membuat Everton memutuskan untuk pindah home base ke Goodison Park. John Houlding kemudian membuat sebuah klub baru pada Maret 1892 dengan nama awal “Everton FC and Athletic Grounds Ltd." Akan tetapi nama tersebut ditolak oleh FA (Federasi Sepakbola Inggris) karena tidak boleh ada 2 tim dengan nama yang sama. Maka pada bulan Juni 1892 dipilihlah nama Liverpool FC, dan nama itu tidak tergantikan hingga saat ini.
Dari situ mulai tumbuhlah api kebencian supporter Everton kepada orang-orang yang mendukung berdirinya Liverpool FC. Di awal-awal berdirinya, Liverpool sukses menjuarai beberapa kompetisi domestik, hal ini membuat fans Liverpool semakin banyak. Dan sejak saat itu pula pertemuan antar keduanya di setiap ajang menjadi panas. Meskipun ada 6 klub sepakbola professional dan amatir di daerah Merseyside, hanya 2 klub inilah yang bersaing di kasta teratas sepakbola Inggris yang membuatnya selalu menarik untuk ditonton. Siapapun diantara keduanya yang menang di Merseyside Derby seolah menjadi penguasa kota setidaknya hingga pertandingan selanjutnya. Tidak peduli saat bertanding itu mereka ada di peringkat berapa di klasemen Liga, tensi panas dan gengsi tak pernah lepas dari derby yang sering dibilang sebagai ‘derby terhangat’ di seantero Inggris Raya ini.
Neighborhood in Liverpool |
Derby terhangat? Ya, karena tidak
jarang ditemukan bahwa dalam sebuah keluarga di Liverpool, anggota keluarganya
mungkin mendukung dua klub yang berbeda. Liverpool adalah kota kecil, sehingga
perkawinan antar sesama penduduk Liverpool adalah hal yang lumrah. Maka jangan
heran jika dalam sebuah keluarga di Liverpool memiliki dua atribut berbeda di
rumahnya. Sang ayah bisa saja pendukung Everton, sang ibu pendukung Liverpool, dan
anak-anaknya sudah pasti berbeda-beda pula. Hal ini bukanlah hal yang asing di
kalangan Liverpudlian (warga kota Liverpool) sejak dahulu. Meskipun berbeda warna,
sangat jarang terjadi perkelahian satu sama lain. Karena mereka percaya bahwa
mereka adalah keluarga. Pada final Piala Liga di tahun 1984, kedua supporter duduk
berdampingan di stadion sambil meneriakkan, ‘are you watching Manchester?’
sebagai sindiran kepada klub dari kota sebelah yaitu Manchester United dan
Manchester City yang tidak pernah akur di Derby Manchester. Selain itu, jarak
antara markas kedua tim yang hanya selemparan batu jauhnya menjadikan fans dua klub
yang berlainan warna ini selalu berdekatan satu sama lain.
Anfield and Goodison Park |
Namun hal itu sedikit berubah
setelah tragedy Heysel pada bulan Mei 1985 yang menewaskan 39 pendukung Juventus
pada laga final Piala Champions antara Liverpool dan Juventus di Brussels,
Belgium. Karena kejadian tersebut, tim-tim Inggris dihukum tidak boleh bertanding
di seluruh kompetisi Eropa hingga 5 tahun lamanya. Everton, yang di tahun itu
pula menjadi kampiun Liga Inggris harus pasrah menerima keadaan tidak bisa bermain
di Piala Champions di musim berikutnya karena larangan tersebut. Hal ini
membuat fans The Toffees (julukan Everton) menaruh rasa kebencian kepada
Liverpool. Hingga beberapa tahun setelah tragedi tersebut, baik tribun penonton
maupun pemain di lapangan, sama-sama memiliki tensi yang panas saat Derby
berlangsung. Hal itu mulai sedikit mereda 4 tahun kemudian setelah salah satu sejarah
kelam dalam dunia sepakbola kembali terjadi, tragedi Hillsborough. Bencana tersebut
menewaskan 96 supporter Liverpool saat pertandingan semifinal Piala FA melawan
Nottingham Forest di kandang Sheffield Wednesday. Banyak dari keluarga korban
adalah fans Liverpool dan fans Everton. Keterangan dari pihak pemerintah yang
menyalahkan fans Liverpool alih-alih menyalahkan pihak kepolisian yang lalai
menjalankan tugas membuat pihak keluarga mendirikan yayasan yang menampung
aspirasi dari keluarga korban untuk menuntut keadilan kepada pemerintah atas tragedi
tersebut. Dari situlah hubungan antara kedua fans kembali terjalin, ikatan
persaudaraan mengikat mereka. Bahkan sebuah lagu yang berjudul “He Ain’t Heavy,
He’s My Brother” yang dipopulerkan oleh band The Hollies menjadi lagu pengiring
penghormatan Everton kepada 96 supporter Liverpool yang meninggal dalam tragedi
kemanusiaan tersebut.
Hillsborough Disaster |
Lain fans lain pula para pemain yang
bertarung di lapangan. Jika fans dari kedua tim selalu bersahabat ketika derby berlangsung,
bahkan tidak jarang terlihat kedua kubu duduk berdampingan bercampur baur merah
dan biru. Maka lain halnya dengan di lapangan, tensi keras dan panas selalu
terjadi di pertandingan derby antara tim kakak beradik ini. Merseyside Derby
sendiri merupakan derby terpanjang di divisi teratas Liga Inggris. Kedua klub selalu
berduel di tiap musim divisi tertinggi Liga Inggris sejak musim 1962-1963. Tidak
ada derby lain di Inggris yang berlangsung lebih lama dari ini. Derby antara
keduanya juga merupakan yang terkeras dan terkasar di Liga Inggris. Sejak
era Premier League dimulai tahun 1992, pertandingan antara The Reds dan The
Toffees telah menghasilkan sebanyak 20 kartu merah, yang terbanyak sepanjang
sejarah Premier League. Bisa dibayangkan panas dan sengitnya derby ini.
Dan salah satu keunikan dari derby kakak beradik ini datang dari sisi pemain. Beberapa pemain hebat yang dimiliki kedua tim sejatinya adalah pendukung klub rival saat masih kecil. Leon Osman dan Leighton Baines contohnya, mereka adalah penggemar Liverpool saat masih bocah. Sedangkan Ian Rush, Steve McManaman, Michael Owen, Robbie Fowler, dan Jamie Carragher, mereka semua adalah pemain hebat dan legenda Liverpool yang masa kecilnya dihabiskan untuk mendukung Everton. Salah satu kontroversi adalah saat Jamie Carragher selalu bermain dengan kaus lengan panjang. Ini membuat banyak pihak menduga bahwa ia melakukan hal tersebut karena ia memiliki tatto berlambang Everton di lengannya. Hal ini menjadi gosip selama bertahun-tahun di kalangan fans sampai akhirnya suatu hari Jamie bermain dengan kaus berlengan pendek dan terbukti bahwa tidak ada apa-apa di sana.
Dan salah satu keunikan dari derby kakak beradik ini datang dari sisi pemain. Beberapa pemain hebat yang dimiliki kedua tim sejatinya adalah pendukung klub rival saat masih kecil. Leon Osman dan Leighton Baines contohnya, mereka adalah penggemar Liverpool saat masih bocah. Sedangkan Ian Rush, Steve McManaman, Michael Owen, Robbie Fowler, dan Jamie Carragher, mereka semua adalah pemain hebat dan legenda Liverpool yang masa kecilnya dihabiskan untuk mendukung Everton. Salah satu kontroversi adalah saat Jamie Carragher selalu bermain dengan kaus lengan panjang. Ini membuat banyak pihak menduga bahwa ia melakukan hal tersebut karena ia memiliki tatto berlambang Everton di lengannya. Hal ini menjadi gosip selama bertahun-tahun di kalangan fans sampai akhirnya suatu hari Jamie bermain dengan kaus berlengan pendek dan terbukti bahwa tidak ada apa-apa di sana.
The Captains |
Carragher on Derby |
Menilik jauh lagi ke belakang,
Liverpool dan sang tetangga, Everton, menjadikan kota Liverpool sebagai kota
tersukses di Inggris dalam hal sepakbola. Hingga tulisan ini diturunkan, kota Liverpool
menghasilkan 27 trofi juara Liga Inggris (Liverpool 18 trofi, Everton 9 trofi),
lebih banyak daripada kota Manchester (23 trofi) dan London (19 trofi). Jumlah
tersebut belum ditambah dengan gelar-gelar domestik dan non domestik lainnya, dan
tentunya juga dengan 5 trofi Piala Champions milik Liverpool yang menjadi rekor
klub Inggris. Uniknya, gelar Liga Champions ke-5 Liverpool tersebut diraih di
musim yang sama ketika Everton berhasil finish klasemen Liga Inggris di atas
Liverpool untuk pertama kalinya setelah 18 tahun terakhir.
"Are you watching Manchester?" |
Merseyside United |
Melihat rasa persaudaraan yang begitu erat
antara fans dari kedua tim, dan juga kesuksesan yang telah diraih oleh kedua
tim itu sendiri, tidak heran jika Merseyside Derby sangat ditunggu-tunggu oleh Kopites
dan Evertonian. Rasa emosional ketika menonton pertandingan antara saudara
kandung ini menjadi sensasi tersendiri, baik bagi orang-orang asli Liverpool di
Inggris sana, maupun fans kedua tim dari luar Inggris. Jika Anda ingin pergi
untuk menonton dua saudara kandung ini bertarung malam nanti, jangan kaget jika
saat pertandingan Anda takjub dengan fans yang bercampur baur di dalam stadion
layaknya saudara, sambil berkata “what a friendly
derby!” Namun di saat yang lain Anda berteriak “that was dangerous foul ref, why only yellow card?” saat pemain
tim kesayangan Anda dilanggar, atau mungkin Anda akan meneriakkan “why red card, ref?” saat pemain dari tim
favorit Anda diusir ke luar lapangan. Because
this is Merseyside Derby, are you watching Manchester???
_________________________________
Baca juga:
- Daniel Agger dan Kesetiaan
- Daniel Agger dan Kesetiaan