August 31, 2013




Berikut ini adalah beberapa tipe manusia ketika berdoa untuk meminta jodoh:

Orang yang bijaksana:
"Ya Tuhan, jika dia jodohku maka dekatkanlah. Jika bukan, maka tak mengapa asalkan dia bahagia bersamanya."

Orang yang pasrah:
"Ya Tuhan, jika dia jodohku maka dekatkanlah. Jika bukan, maka aku siap hidup tanpa mencintai."

Orang yang putus asa:
"Ya Tuhan, jika dia jodohku maka dekatkanlah. Jika bukan, maka lebih baik aku mati daripada harus menahan sakit hati ini seumur hidup."

Orang yang pantang menyerah:
"Ya Tuhan, jika dia jodohku maka dekatkanlah. Jika bukan, coba tolong di cek lagi, barangkali keliru."

Orang yang oportunis:
"Ya Tuhan, jika dia jodohku maka dekatkanlah. Jika bukan, temannya juga boleh tuh."

Orang yang maksa:
"Ya Tuhan, jika dia jodohku maka dekatkanlah. Jika bukan, please jadikan dia jodohku Ya Tuhan, please banget aku mohon!"


Just for fun :) Ada yang mau nambahin? Tulis di komen ya... :D


_________________________________
Baca juga:

August 4, 2013

Dalam bahasa Betawi, mudik itu artinya selatan, ilir itu utara, kulon artinya barat dan wetan artinya timur. Mungkin ini pengaruh bahasa Jawa atau malah orang Jawa terpengaruh Betawi. Daerah selatan umumnya kampung, makanya orang kampung disebut orang udik, kata Tukul ndeso. Kata ini kemudian menasional sehingga orang pulang kampung disebut mudik meskipun arah perjalannya ke ilir atau utara.

"Orang kampung saya di Pondok Pinang dulu pada dagang keliling dari kampung ke kampung menjual meja, bangku, papan tulis, karambol, kastop, kaca hias, kap lampu, dll. Pergi dagang itu disebut milir karena arah perjalanannya umumnya ke arah utara seperti ke Tanah Abang, Pancoran, Manggarai, dsb."

Misal ada tamu dan bertanya: "aba Lu (bapakmu) ada?." Jawabnya: "Kagak ada, lagi pegi milir (pergi dagang).
Ada lagi contoh, kalau orang punya bini (istri) dua yang satu di sebelah kiri masjid (selatan) dan yang satu lagi di sebelah kanan masjid (utara), ketika ada tamu datang dan tanya: "ada abang pok (panggilan untuk perempuan dewasa)?". Jawabnya: "kagak ada, dia lagi mudikin" (maksudnya di rumah isteri yang satu yang di selatan).

Kata udik dan ilir ini sudah tidak dipake lagi, yang pegang kebijakan kadang-kadang seenaknya saja mengubah nama kampung atau kelurahan, contoh dulu ada Pondok Cabe Ilir dan Pondok Cabe Udik, sekarang jadi Pondok Cabe Utara dan Selatan. Di tempat saya tinggal sekarang begitu juga, dulu kelurahan Sukabumi Udik sekarang udiknya diganti selatan, Sukabumi Ilir diganti jadi Sukabumi Utara. Padahal orang pulang kampung justru tetap dipake kata 'mudik' bukan 'mengutara'. Sedangkan orang mondar-mandir tetap dibilang ilir-mudik (hilir-mudik).

Yah begitulah bahase, gimane enaknye aje.
Kadang ada yang tanya: "Ust, lebaran ini mudik apa enggak?".
Saya jawab: "Mudik dong, ke Pondok Pinang".
"Ini emang bener-bener mudik karena dari rumah saya ke Pondok Pinang itu ke arah selatan."

[Sumber: Ahmad Yani, penulis Buku Islam dan Trainer Manajemen Masjid]

Diambil (isi 100%) dari status FB Novy Rostiyan


_________________________________



Postingan "Bagaimana Seharusnya Memaknai Idul Fitri?" ini saya ambil dari artikel berikut ini:

Oleh: Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Hafizhahullaah

Pada setiap kali menjelang Idul Fithri seperti sekarang ini, atau tepat pada hari rayanya, seringkali kita mendengar dari para Khatib (penceramah/muballigh) di mimbar menerangkan, bahwa Idul Fithri itu maknanya -menurut persangkaan mereka- ialah “Kembali kepada Fitrah”, Yakni : Kita kembali kepada fitrah kita semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa kita.

Penjelasan mereka di atas, adalah batil baik ditinjau dari jurusan lughoh/bahasa ataupun Syara’/Agama. Kesalahan mana dapat kami maklumi -meskipun umat tertipu- karena memang para khatib tersebut (tidak semuanya) tidak punya bagian sama sekali dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib dituruti Insya Allahu Ta’ala.

Kami berkata :

Pertama
“Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz Fithru/ Ifthaar” artinya menurut bahasa : Berbuka (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi Idul Fithri artinya “Hari Raya berbuka Puasa”. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan kita berpuasa. Sedangkan “Fitrah” tulisannya sebagai berikut [Fa-Tha-Ra-] dan [Ta marbuthoh] bukan [Fa-Tha-Ra]“.

Kedua
“Adapun kesalahan mereka menurut Syara’ telah datang hadits yang menerangkan bahwa “Idul Fithri” itu ialah “Hari Raya Kita Kembali Berbuka Puasa”.
“Artinya :Dari Abi Hurairah (ia berkata) : Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ
“Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”.
[Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni 2/163-164 dan Baihaqy 4/252 dengan beberapa jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana telah saya terangkan semua sanadnya di kitab saya "Riyadlul Jannah" No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi]

Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni :
“Artinya : Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka”.
Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah :
“Artinya : (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adlha pada hari kamu menyembelih hewan”.
Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud:
“Artinya : Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adlha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan”.

Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunatkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat I’ed. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri artinya ! Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka.

Bukan artinya bukan “kembali kepada fithrah”, karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi : “Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci”. Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil Sunnah dan lughoh/bahasa.

Adapun makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa puasa itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa, demikian juga Idul Fithri dan Adl-ha, maksudnya : Waktu puasa kamu, Idul Fithri dan Idul Adha bersama-sama kaum muslimin (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok sehingga berpecah belah sesama kaum muslimin seperti kejadian pada tahun ini (1412H/1992M).

Imam Tirmidzi mengatakan -dalam menafsirkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas- sebagian ahli ilmu telah menafsirkan hadits ini yang maknanya :
“Artinya : Bahwa shaum/puasa dan (Idul) Fithri itu bersama jama’ah dan bersama-sama orang banyak”.
Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat berjalan di atas manhaj dan aqidah Salafush Shalih. Amin!

[Disalin dari kitab Al-Masaa-il (Masalah-Masalah Agama)- Jilid ke satu, Penulis Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Terbitan Darul Qolam - Jakarta, Cetakan ke III Th 1423/2002M; dari almanhaj]

Kesimpulan saya:
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa Idul Fithri itu memiliki arti harfiah "Kembali Berbuka" yang artinya kita kembali diperbolehkan makan/berbuka di siang hari di bulan Syawal setelah selama sebulan penuh menahan haus dan lapar di Bulan Ramadhan. Sedangkan pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa Idul Fithri adalah "Kembali Suci" bisa dikatakan salah besar, baik dari segi bahasa atau dari segi syara'. Karena jika setiap manusia kembali suci (tanpa dosa) hanya karena sebulan penuh berpuasa, maka tentu sangat beruntung orang-orang yang memiliki dosa besar, tanpa bertaubat mereka sudah 'suci' dari dosa seperti bayi yang baru dilahirkan -_- cape deeeh.

Semoga tulisan di atas dapat memberikan pencerahan bagi kita semua tentang bagaimana seharusnya kita memaknai Idul Fithri.
Anyway, Selamat Hari Raya Idul Fithri. Taqoballahu minna wa minkum... Shiyamana wa shiyamakum...

_________________________________
Go to LFC Indonesia website Go to Liverpool FC website