November 23, 2013

Liverpool adalah rumah bagi lebih dari lima ratus ribu warganya yang terletak di pinggir Sungai Mersey yang bermuara ke Samudera Atlantik yang berada di laut lepas sejauh mata memandang. Kota ini memang tidak sebesar London ataupun Manchester yang sangat maju dengan ekonomi dan bisnisnya, tetapi dalam hal sepakbola, Liverpool adalah kota tersukses dalam sejarah hirarki sepakbola Inggris. Di kota ini, ada 2 klub besar yang pertemuan antara keduanya memiliki sejarah panjang dan keunikan tersendiri, siapakah mereka dan bagaimana kisahnya? Check this out!


Jika Anda adalah seorang penggemar Liga Inggris sejati, pasti Anda sudah tidak asing lagi dengan istilah Merseyside Derby. Merseyside Derby adalah derby yang mempertemukan antara dua klub sepakbola berbeda yang berasal dari satu kota yang sama, yaitu Liverpool. Liverpool FC dan Everton FC, itulah nama kedua klub tersebut. Julukan ‘Merseyside Derby’ sendiri muncul saat sebuah koran nasional memakai istilah tersebut di tahun 1955. Lahir dari satu rahim yang sama, yaitu Anfield, keduanya tumbuh dan besar menjadi klub elit papan atas di Liga Inggris. Everton, sang kakak, didirikan terlebih dahulu 135 tahun yang lalu dengan nama St. Domingo’s FC. St. Domingo sendiri adalah nama sebuah gereja di daerah district Everton, dan pemain dalam tim nya merupakan jemaat gereja tersebut. Setahun kemudian berganti nama menjadi Everton FC dikarenakan penduduk lokal (Everton) juga ingin berpartisipasi dalam tim. Mereka menyewa lapangan Anfield yang dimiliki oleh John Houlding sebagai home base mereka. Namun perseteruan petinggi Everton dengan John Houlding yang menaikkan harga sewa stadion kala itu membuat Everton memutuskan untuk pindah home base ke Goodison Park. John Houlding kemudian membuat sebuah klub baru pada Maret 1892 dengan nama awal “Everton FC and Athletic Grounds Ltd." Akan tetapi nama tersebut ditolak oleh FA (Federasi Sepakbola Inggris) karena tidak boleh ada 2 tim dengan nama yang sama. Maka pada bulan Juni 1892 dipilihlah nama Liverpool FC, dan nama itu tidak tergantikan hingga saat ini.

Dari situ mulai tumbuhlah api kebencian supporter Everton kepada orang-orang yang mendukung berdirinya Liverpool FC. Di awal-awal berdirinya, Liverpool sukses menjuarai beberapa kompetisi domestik, hal ini membuat fans Liverpool semakin banyak. Dan sejak saat itu pula pertemuan antar keduanya di setiap ajang menjadi panas. Meskipun ada 6 klub sepakbola professional dan amatir di daerah Merseyside, hanya 2 klub inilah yang bersaing di kasta teratas sepakbola Inggris yang membuatnya selalu menarik untuk ditonton. Siapapun diantara keduanya yang menang di Merseyside Derby seolah menjadi penguasa kota setidaknya hingga pertandingan selanjutnya. Tidak peduli saat bertanding itu mereka ada di peringkat berapa di klasemen Liga, tensi panas dan gengsi tak pernah lepas dari derby yang sering dibilang sebagai ‘derby terhangat’ di seantero Inggris Raya ini.

Brotherhood!
Neighborhood in Liverpool
Derby terhangat? Ya, karena tidak jarang ditemukan bahwa dalam sebuah keluarga di Liverpool, anggota keluarganya mungkin mendukung dua klub yang berbeda. Liverpool adalah kota kecil, sehingga perkawinan antar sesama penduduk Liverpool adalah hal yang lumrah. Maka jangan heran jika dalam sebuah keluarga di Liverpool memiliki dua atribut berbeda di rumahnya. Sang ayah bisa saja pendukung Everton, sang ibu pendukung Liverpool, dan anak-anaknya sudah pasti berbeda-beda pula. Hal ini bukanlah hal yang asing di kalangan Liverpudlian (warga kota Liverpool) sejak dahulu. Meskipun berbeda warna, sangat jarang terjadi perkelahian satu sama lain. Karena mereka percaya bahwa mereka adalah keluarga. Pada final Piala Liga di tahun 1984, kedua supporter duduk berdampingan di stadion sambil meneriakkan, ‘are you watching Manchester?’ sebagai sindiran kepada klub dari kota sebelah yaitu Manchester United dan Manchester City yang tidak pernah akur di Derby Manchester. Selain itu, jarak antara markas kedua tim yang hanya selemparan batu jauhnya menjadikan fans dua klub yang berlainan warna ini selalu berdekatan satu sama lain.

Anfield and Goodison Park
Namun hal itu sedikit berubah setelah tragedy Heysel pada bulan Mei 1985 yang menewaskan 39 pendukung Juventus pada laga final Piala Champions antara Liverpool dan Juventus di Brussels, Belgium. Karena kejadian tersebut, tim-tim Inggris dihukum tidak boleh bertanding di seluruh kompetisi Eropa hingga 5 tahun lamanya. Everton, yang di tahun itu pula menjadi kampiun Liga Inggris harus pasrah menerima keadaan tidak bisa bermain di Piala Champions di musim berikutnya karena larangan tersebut. Hal ini membuat fans The Toffees (julukan Everton) menaruh rasa kebencian kepada Liverpool. Hingga beberapa tahun setelah tragedi tersebut, baik tribun penonton maupun pemain di lapangan, sama-sama memiliki tensi yang panas saat Derby berlangsung. Hal itu mulai sedikit mereda 4 tahun kemudian setelah salah satu sejarah kelam dalam dunia sepakbola kembali terjadi, tragedi Hillsborough. Bencana tersebut menewaskan 96 supporter Liverpool saat pertandingan semifinal Piala FA melawan Nottingham Forest di kandang Sheffield Wednesday. Banyak dari keluarga korban adalah fans Liverpool dan fans Everton. Keterangan dari pihak pemerintah yang menyalahkan fans Liverpool alih-alih menyalahkan pihak kepolisian yang lalai menjalankan tugas membuat pihak keluarga mendirikan yayasan yang menampung aspirasi dari keluarga korban untuk menuntut keadilan kepada pemerintah atas tragedi tersebut. Dari situlah hubungan antara kedua fans kembali terjalin, ikatan persaudaraan mengikat mereka. Bahkan sebuah lagu yang berjudul “He Ain’t Heavy, He’s My Brother” yang dipopulerkan oleh band The Hollies menjadi lagu pengiring penghormatan Everton kepada 96 supporter Liverpool yang meninggal dalam tragedi kemanusiaan tersebut.

Hillsborough Disaster
Lain fans lain pula para pemain yang bertarung di lapangan. Jika fans dari kedua tim selalu bersahabat ketika derby berlangsung, bahkan tidak jarang terlihat kedua kubu duduk berdampingan bercampur baur merah dan biru. Maka lain halnya dengan di lapangan, tensi keras dan panas selalu terjadi di pertandingan derby antara tim kakak beradik ini. Merseyside Derby sendiri merupakan derby terpanjang di divisi teratas Liga Inggris. Kedua klub selalu berduel di tiap musim divisi tertinggi Liga Inggris sejak musim 1962-1963. Tidak ada derby lain di Inggris yang berlangsung lebih lama dari ini. Derby antara keduanya juga merupakan yang terkeras dan terkasar di Liga Inggris. Sejak era Premier League dimulai tahun 1992, pertandingan antara The Reds dan The Toffees telah menghasilkan sebanyak 20 kartu merah, yang terbanyak sepanjang sejarah Premier League. Bisa dibayangkan panas dan sengitnya derby ini.

Dan salah satu keunikan dari derby kakak beradik ini datang dari sisi pemain. Beberapa pemain hebat yang dimiliki kedua tim sejatinya adalah pendukung klub rival saat masih kecil. Leon Osman dan Leighton Baines contohnya, mereka adalah penggemar Liverpool saat masih bocah. Sedangkan Ian Rush, Steve McManaman, Michael Owen, Robbie Fowler, dan Jamie Carragher, mereka semua adalah pemain hebat dan legenda Liverpool yang masa kecilnya dihabiskan untuk mendukung Everton. Salah satu kontroversi adalah saat Jamie Carragher selalu bermain dengan kaus lengan panjang. Ini membuat banyak pihak menduga bahwa ia melakukan hal tersebut karena ia memiliki tatto berlambang Everton di lengannya. Hal ini menjadi gosip selama bertahun-tahun di kalangan fans sampai akhirnya suatu hari Jamie bermain dengan kaus berlengan pendek dan terbukti bahwa tidak ada apa-apa di sana.

The Captains
Carragher on Derby
Menilik jauh lagi ke belakang, Liverpool dan sang tetangga, Everton, menjadikan kota Liverpool sebagai kota tersukses di Inggris dalam hal sepakbola. Hingga tulisan ini diturunkan, kota Liverpool menghasilkan 27 trofi juara Liga Inggris (Liverpool 18 trofi, Everton 9 trofi), lebih banyak daripada kota Manchester (23 trofi) dan London (19 trofi). Jumlah tersebut belum ditambah dengan gelar-gelar domestik dan non domestik lainnya, dan tentunya juga dengan 5 trofi Piala Champions milik Liverpool yang menjadi rekor klub Inggris. Uniknya, gelar Liga Champions ke-5 Liverpool tersebut diraih di musim yang sama ketika Everton berhasil finish klasemen Liga Inggris di atas Liverpool untuk pertama kalinya setelah 18 tahun terakhir.

"Are you watching Manchester?"
Merseyside United
Melihat rasa persaudaraan yang begitu erat antara fans dari kedua tim, dan juga kesuksesan yang telah diraih oleh kedua tim itu sendiri, tidak heran jika Merseyside Derby sangat ditunggu-tunggu oleh Kopites dan Evertonian. Rasa emosional ketika menonton pertandingan antara saudara kandung ini menjadi sensasi tersendiri, baik bagi orang-orang asli Liverpool di Inggris sana, maupun fans kedua tim dari luar Inggris. Jika Anda ingin pergi untuk menonton dua saudara kandung ini bertarung malam nanti, jangan kaget jika saat pertandingan Anda takjub dengan fans yang bercampur baur di dalam stadion layaknya saudara, sambil berkata “what a friendly derby!” Namun di saat yang lain Anda berteriak “that was dangerous foul ref, why only yellow card?” saat pemain tim kesayangan Anda dilanggar, atau mungkin Anda akan meneriakkan “why red card, ref?” saat pemain dari tim favorit Anda diusir ke luar lapangan. Because this is Merseyside Derby, are you watching Manchester???

_________________________________

Go to LFC Indonesia website Go to Liverpool FC website