September 29, 2013

Far away… This ship is taking me far away… Far away from the memories of the people who care if I live or die…

Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVS_LBLh4JYvgJN3E_dfgcp4xuE6cd1LB484kOgrGyxDYpL2NbqDxpPJM-NqRjL38FP1ZuPA_A0QC8k6vCMCXGwWb8MYZ78VM2khirIA3t7AfbPrt9yQvVlUdvZD81V0Y_Zbx8TABnxCqS/s1600/man_on_beach_500w.jpg

Potongan lirik lagu Starlight dari Muse di atas mungkin bisa menggambarkan apa yang saya fikirkan saat ini. Terbawa oleh kapal yang saya naiki entah kemana. Jauh ke arah yang tak menentu dibandingkan kapal-kapal lainnya. Bagaimana tidak? Ketika teman-teman saya sudah one step ahead in front of me, saya malah masih jalan di tempat. Salah satu teman saya sudah sejak semester 7 silam mengajar di sebuah sekolah menengah pertama sebagai guru honorer. Sebuah hal yang terasa amat sulit untuk saya capai, setidaknya untuk saat ini. Teman saya satu lagi (sebut saja namanya Mawar) telah diangkat menjadi asdos di lembaga yang selama 4 tahun terakhir ini saya menimba ilmu di sana. Dua orang teman saya malah ada yang sudah daftar ke Pasca Sarjana untuk melanjutkan studinya hingga S-2. Untuk contoh yang terakhir saya tidak mau banyak komentar karena memang saya tidak punya niatan untuk langsung lanjut S-2. Karena selain masalah biaya, juga karena saya memang ingin kerja terlebih dahulu, S-2 bisa lain waktu. Ibarat mereka sudah membangun gedung hingga lantai ke-3, saya malah masih bingung mencari bahan untuk membuat pondasi.

Bukannya iri terhadap mereka tetapi lebih kepada menyalahkan diri sendiri yang selalu tidak mampu mengejar. Ya, dalam segala hal dan setiap waktu, saya memang selalu tertinggal dibanding teman-teman sebaya saya dari dulu hingga sekarang. Entah apa penyebabnya, yang pasti itu seperti sudah menjadi bad behavior bagi saya. Sebagai contoh, ketika jaman saya kecil dulu sedang heboh-hebohnya permainan mobil balap kecil yang bernama Tamiya, saya sama sekali tidak tertarik. Tapi ketika animo ketertarikan orang-orang terhadap Tamiya tersebut mulai menurun, saya malah mulai suka dan mulai membeli mobil mini tersebut beserta asesorisnya yang berharga mahal yang membuat saya rela untuk tidak jajan selama seharian. Padahal saat itu usia saya kelas 1 SMP dimana teman sebaya saya sudah beralih ke permainan PS2. Begitu juga kelanjutannya, ketika teman-teman lain sudah lancar bermain PS2 saya malah baru mulai belajar bagaimana cara mengoper dan menendang bola di game Winning Eleven.

Hal-hal semisal di atas terus berlangsung dan banyak sekali contohnya. Misalnya lagi, ketika SMA, teman-teman seusia saya sudah memiliki handphone, saya malah masih menggunakan telepon rumah untuk berkomunikasi. Ketika handphone mereka sudah diupgrade menjadi HP yang ada mp3 playernya, saya malah baru memiliki HP yang cuma bisa menyetel radio, tanpa mp3 player, tanpa kamera, itupun boleh dapat dari hadiah. Di saat teman sebaya telah fasih lagu-lagu berbahasa Inggris, saya malah baru mulai menyukainya. Ketika kuliah, disaat teman-teman telah mulai mengajar di tempat-tempat les bahkan sejak semester 1 kuliah, saya malah baru memulai ngajar ketika semester 4. Ketika orang-orang memiliki BB sebagai alat komunikasi sekaligus gengsi, saya malah masih memakai HP china. Ketika android sedang merajalela, saya malah masih menggunakan BB yang bisa dibilang bukan sebuah smartphone lagi ini. Why always left behind?

Sumber gambar: http://www.matbarton.com/

Sejak kecil memang saya tidak begitu akrab dengan dunia luar. Mengurung diri di rumah dengan menonton film kartun sudah seperti rutinitas yang wajib bagi saya ketika kecil. Paling-paling main dengan teman lingkungan rumah ketika hari Sabtu dan Minggu aja. Ibarat peribahasa, seperti katak dalam tempurung. Sikap ayah saya yang tidak teralu pandai dalam mengarahkan anaknya demi meraih masa depan mungkin salah satu hal yang menjadi penyebabnya. Alih-alih mengarahkan anaknya bagaimana menghadapi hidup, beliau malah bersikap strict dan otoriter dengan begitu ketatnya mengawasi kegiatan anak-anaknya dalam bergaul dengan teman sebaya. Bisa memberi nafkah yang cukup bagi keluarga sudah merupakan sesuatu yang amat saya syukuri dan banggakan dalam diri ayah saya. Ibu saya terlalu sibuk dengan dua orang adik saya yang ketika itu masih mungil-mungil membuatnya tidak bisa fokus terhadap perkembangan diri saya yang dianggapnya sudah bisa mandiri. Memang merupakan sebuah ketidakberuntungan tumbuh di masa remaja yang masih labil dengan keadaan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, toh ketika lahir ke dunia ini kita tidak bisa memilih untuk lahir dalam keluarga yang kita inginkan begini dan begitu.

Contoh-contoh di atas mungkin tidak relevan, terlalu berlebihan atau bahkan menyedihkan. Tapi seperti yang saya bilang di awal bahwa saya tidak ingin menyalahkan siapapun, juga tidak ingin iri terhadap siapapun. Percuma juga toh semua telah berlalu. Melihat kepada diri sendiri mungkin lebih baik saat ini. Namun karena hidup ini terlalu singkat untuk ditangisi, saya lebih memilih untuk enjoy the ride. Karena setidaknya saya masih memiliki sisi lain dari hidup ini yang belum tentu orang lain miliki. Bukankah hidup tak harus selalu sama? 

_________________________________
Baca juga:

September 23, 2013


Sumber gambar: artfido.com

Alkisah ada seekor siput yang selalu memandang sinis dan iri terhadap kehidupan seekor katak. 

Suatu hari, katak yang penasaran akan sebab kenapa si siput selalu benci terhadapnya, akhirnya berkata kepada si siput:

“Tuan Siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?”

Siput menjawab: “Kalian, wahai kaum Katak, mempunyai empat kaki dan bisa melompat ke sana ke mari. Bisa pergi ke manapun kalian mau dengan bebasnya. Sementara saya harus membawa rumah cangkang yang berat ini, serta merangkak di tanah. Itu membuat saya menjadi sangat sedih, dan merasa bahwa Tuhan tidak adil.”

Katak menjawab: “Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing-masing, hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (kaum katak).” 

Dan seketika, ada seekor Elang besar yang terbang ke arah mereka. 

Siput dengan cepat memasukkan tubuhnya ke dalam cangkang, sedangkan si Katak dimangsa oleh sang Elang.

Pesan moral:
Nikmatilah kehidupanmu, tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. Keirian hati kita terhadap kelebihan orang lain hanya akan membawa lebih banyak penderitaan. Lebih baik pikirkanlah apa yang menjadi milik kita sendiri. Hal tersebut akan membawakan lebih banyak rasa syukur dan kebahagiaan bagi diri kita.
_________________________________
Baca juga:
- Hidup Tak Harus Selalu Sama
- Belajar Dari Pohon Kelapa
- Mangkuk Rezeki

September 17, 2013


There are places I remember...




All my life though some have changed...




Some forever not for better...




Some have gone and some remain...




All these places have their moments...




With lovers and friends I still can recall...




Some are dead and some are living...




In my life I've loved them all...




In my life I've loved them all...





_________________________________
Read also:

September 8, 2013

Pic source: mkp.net
Hari ini baru saja saya pulang dari kampus, seketika mama saya menyuruh saya untuk ikut daftar CPNS yang memang sedang serentak diadakan beberapa kementrian se-Indonesia. Saya beralasan bahwa ijazah belum keluar walau sudah memegang surat keterangan lulus. Beliau menimpali, "mumpung masih muda, kapan lagi bisa daftar, kalo jadi PNS gajinya gede lho, enak nanti kalo dah jadi PNS, anaknya paman ******* sudah diangkat jadi PNS tuh, enak dia sudah punya penghasilan **** juta sebulan, kamu gak pengen kaya dia?" Nah dari kata-kata ini lah saya tertarik untuk membuat tulisan yang Anda akan baca di bawah ini.

Memang perkataan mama saya tersebut tidak ada yang salah, memikirkan masa depan anaknya adalah salah satu bentuk rasa kasih sayang beliau terhadap diri saya, tetapi sedikit keliru jika kita mau untuk berpikir jernih akan sesuatu yang bernama 'takdir'. Siapapun setiap orang di dunia ini pasti ingin memiliki kehidupan yang lebih baik berupa pekerjaan dengan penghasilan tinggi, untuk kemudian bisa membeli kendaraan dan rumah yang mewah, misalnya. Saya dan mungkin Anda termasuk di dalamnya. Ibarat hidup ini hanya sekali, mengapa kita tidak hidup enak dan nyaman, begitu mungkin yang ada dalam benak kita.

Tetapi yang perlu diingat adalah bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah menakdirkan untuk setiap jiwa rezekinya masing-masing. Manusia boleh berusaha namun pada akhirnya Allah yang menentukan. Saya paling membenci perkataan, "liat tuh si A bisa diterima di perusahaan besar, liat tuh si B udah punya penghasilan sekian juta per bulan, liat tuh si C udah diangkat jadi PNS, bla bla bla." Saya bukannya orang yang membenci kekayaan dan harta. Toh nanti jika waktunya telah tiba dan Allah menakdirkan saya untuk menjadi orang sukses, pasti saya akan jadi orang sukses (dengan izin Allah). Saya hanya benci ketika seseorang harus dibandingkan dengan orang lain. Rezeki dia biarlah dia yang punya, toh kita punya rezeki sendiri. Kita punya mangkuk rezeki sendiri. Ambilah apa yang memang menjadi bagian kita, dan jangan iri dengan porsi orang lain. Ibarat seorang narapidana di sebuah LP, yang ketika jam makan tiba satu per satu dari mereka memegang sebuah mangkuk yang kemudian diisi makanan dari wadah makanan besar oleh petugas lapas. Seperti itulah keadaan kita di mata Allah. Setiap napi (seharusnya) hanya akan melihat kepada mangkuk kepunyaannya sendiri, mangkuk orang lain biarlah orang lain yang punya. Tidak usah kita usik. Orang lain mungkin memiliki lebih banyak rezeki daripada kita, dan itu memang hak mereka, dan adalah hak Allah untuk memberi itu semua. Maka kita pun harus yakin pasti kita juga punya bagian dari kasih sayangNya.

Percaya bahwa Allah pasti akan memberi rezeki bagi setiap hambaNya yang mau berusaha adalah kunci bagi mereka yang selalu bersyukur. Jangankan kita manusia -makhlukNya yang paling sempurna-, semut saja yang sebegitu kecil dan imutnya Allah kasih rezeki kok. Jangan terlalu khawatir akan apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak ada seseorang pun yang tau apa yang akan terjadi pada diri kita di masa depan. Boleh jadi hari ini kita miskin, payah, belum sukses, tapi di masa depan, who knows? Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha, fokus pada apa yang kita lakukan, dengan penuh harap pada Allah Yang Maha Pemberi Rizki bahwa ia tidak akan menelantarkan hambaNya. Dan terakhir, tak perlu menjadi orang lain.

_________________________________
Baca juga:
- Hidup Tak Harus Selalu Sama
- Fenomena 'Keep Smile'
- Belajar Dari Ayam dan Kucing

September 1, 2013

Liverpool vs United
Sembari menunggu jersey Liverpool saya kering untuk dipakai saat nobar nanti malam, saya pikir tidak ada salahnya untuk membuat tulisan ini, mengingat nanti malam ada sebuah hajatan besar bagi penggemar English Premier League. Yap, hajatan besar itu adalah North West Derby. Jika Anda masih asing dengan istilah tersebut, maka membaca tulisan di bawah ini hukumnya fardhu 'ain bagi Anda.

Sepakbola Inggris tidak akan lengkap jika tidak menyajikan pertemuan antara dua rival abadi, Liverpool FC dan Manchester United. Jika Anda menganggap bahwa El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona berada di urutan pertama pertandingan rival terbesar di dunia, maka saya bisa meyakinkan Anda bahwa North West Derby berada di urutan yang ke-2.

Alasan kenapa pertandingan antara MU dan Liverpool disebut sebagai North West Derby atau Derbi Barat Laut dikarenakan dua kota markas kedua tim tersebut (Liverpool dan Manchester) berada di Barat Laut kepulauan Inggris. Liverpool berada di wilayah metropolitan county Merseyside, sedangkan Manchester berada di wilayah Greater Manchester. Kedua metropolitan county tersebut berada di official region (semacam provinsi) North West England. Jarak antara kedua kota terbilang dekat, dan hanya terpisah sekitar 48 km. (Masih jauhan Jakarta - Bandung :p)

North West England Map
Peta: North West England
Tidak ada yang dapat memastikan sejak kapan persaingan sengit keduanya dimulai. Namun, persaingan keduanya diduga dimulai dari persaingan antara industri kedua kota yang memuncak saat revolusi industri. Sejak awal revolusi industri di Inggris, setiap kota ingin menjadi lebih baik dari tetangganya dalam sisi ekonomi.

Liverpool sejak dahulu terkenal dengan pelabuhannya yang sibuk, mungkin yang tersibuk dan terbesar seantero Inggris Raya kala itu. Pelabuhan ini kemudian memberikan kehidupan bagi warga kota, seiring dengan kapal-kapal besar yang datang dan singgah di pelabuhan Liverpool (masih ingat film Titanic?). Sementara Manchester, yang tidak memiliki pelabuhan dan wilayah pantai, ramai diketahui sebagai pusat industri kapas dan tekstil. Hal ini menjadikannya sebagai kota yang modern, maju dan mandiri di Inggris. Mari kita ibaratkan kota Liverpool sebagai Jakarta dengan pelabuhan Tj. Priok nya, dan kota Manchester kita anggap sebagai Bandung yang terkenal dengan fashionnya. 

Namun pada tahun 1894, dimulailah pembangunan Manchester Ship Canal yang membuat kapal-kapal dapat memotong perjalanan mereka langsung ke wilayah Manchester tidak perlu melewati pelabuhan Liverpool. Kanal tersebut seperti semacam sungai buatan yang berhulu di muara Sungai Mersey yang melintasi kota hingga berujung di kota Manchester. Otomatis penduduk kota pelabuhan mulai berkurang penghasilannya, yang biasanya ia dapatkan dari jasa pengangkutan barang yang mereka dapatkan dari kapal-kapal yang berlabuh di Liverpool. Kesenjangan ekonomi antara penduduk kota Liverpool dan Manchester pun tak terelakkan. Hal ini membuat bibit-bibit kebencian mulai tumbuh diantara penduduk kedua kota dengan suburnya.

Manchester Ship Canal
Sebuah kapal melintasi Manchester Ship Canal
Manchester Ship Canal Route Map
Rute: Manchester Ship Canal
Tidak hanya dari sisi ekonomi, persaingan lainnya juga terjadi di bidang musik. Liverpool, seperti diketahui, merupakan tempat kelahiran The Beatles yang menjadi salah satu band paling berpengaruh di dunia musik. Manchester pun tidak mau kalah dan melahirkan band lokal lainnya seperti The Stone Roses, New Order, The Smiths, dan juga Oasis. Persaingan-persaingan tersebut pun akhirnya melebar hingga ke lapangan hijau.


Di sisi sepakbola, Liverpool lebih dulu merasakan sukses dalam rentang waktu 1973 sampai 1990-an, dengan memenangkan 11 gelar Liga Inggris plus 4 trofi Juara Eropa di tahun tersebut *ehm benerin kerah baju*. Namun, mulai musim 1993 sukses berbalik jadi milik Red Devils. Di bawah Sir Alex Ferguson, MU sukses meraih 12 gelar Premier League dan 2 trofi Liga Champions. Maka tidak heran jika di tahun 2013 ini hits Not Nineteen Forever dari The Courteeners menjadi lagu yang paling digemari oleh fans United di seluruh kolong langit.

Ketat dan tipisnya perbedaan dari jumlah piala yang dimenangkan hanya membuat kebencian dari kedua pihak suporter menjadi lebih panas. Pergesekan antar keduanya pun semakin terpercik setelah dua musim lalu MU berhasil menggeser Liverpool dari singgasana kerajaan pemilik gelar Liga Inggris terbanyak selama berpuluh tahun lamanya. Pasukan Old Trafford -hingga tulisan ini diturunkan- telah mengemas 20 trofi kasta tertinggi Liga Inggris, sedangkan The Reds perkasa dengan 18 trofinya yang kini telah penuh dengan debu dan karat *let me say this*.

Raihan keduanya jauh di atas klub-klub lainnya. Arsenal, yang terpaku di urutan ke-3 mengoleksi 13 trofi, serta Everton yang berhasil merengkuh 9 kali juara top flight liga Inggris, berada di urutan ke-4. Panasnya gengsi antara kedua tim ini pun ikut membuat tribun kedua suporter panas. Saling ejek bahkan perkelahian kecil kerap terjadi. Jika bagi Anda pindah agama merupakan hal yang sangat tercela bahkan haram, maka pindah dari seorang fans Liverpool menjadi fans United ataupun sebaliknya sama buruknya dengan pindah agama.

Fans Banner
5 times UCL vs 20 times EPL
Ryan Giggs Banner
Unfortunately, that's true :|
Persaingan kental antara klub dan suporter ternyata merembet sampai level para pemain. Steven Gerrard memiliki berbagai koleksi kostum dari berbagai klub di rumahnya, namun ia pernah bersumpah tidak akan pernah memajang satupun kostum Manchester United. Sedangkan di kubu MU, Wayne Rooney dikenal sangat tidak menyukai Merseyside Merah. Pasalnya, Wazza sudah dididik di klub sekota Liverpool, Everton, sejak kecil. Jadi pantas saja rasa kebencian itu sudah tertanam dalam dirinya. Dan Everton dalam hal ini memerankan karakter sebagai guru antagonis yang menghasut Wazza secara sempurna.

Steven Gerrard, ketika diwawancara oleh ESPN beberapa waktu yang lalu tentang alasan kenapa ia selalu mengacungkan 5 jari setelah mencetak gol ke gawang United, ia menjawab: "Saya hanya ingin mereka tahu bahwa Liverpool masih di atas mereka dengan menjuarai Piala Champions 5 kali, jadi mereka tidak usah sombong dengan trofi ke 20 Liga Inggris yang mereka raih. Saya tidak membenci mereka. Saya hanya membenci cara mereka dalam merayakan gelar ke 20, itu terlalu sombong dan menganggap kami remeh."

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa United kini adalah pemuncak daftar juara terbanyak Liga Inggris, mereka begitu superior pada dekade 90-an dan 2000-an, ketika diarsiteki Alex Ferguson. Bagi Alex, hasil ini adalah mimpinya sejak pertama ditugasi untuk melatih United. Tahun 1986, saat Alex Ferguson pertama kali ditunjuk sebagai pelatih MU, ia ditanya wartawan tentang misi utamanya di MU, dia menjawab, "menendang Liverpool dari hirarki sepakbola Inggris."

Gerrard vs Rooney
Keras!!
Carragher vs Gerry Neville
Panas!!
Tetapi dibalik semua kebencian dan persaingan yang ada, harus diketahui juga bahwa ada persahabatan erat diantara para manajer dan pemain. Manajer legendaris United, Sir Matt Busby, mengisi karir sepakbolanya di Liverpool, dan ia juga berteman baik dengan Bill Shankly yang menjadi tokoh yang selalu dihormati di Anfield. Sedangkan ketika Gerard Houllier harus dioperasi jantungnya tahun 2001, Alex Ferguson termasuk kelompok pertama yang menjenguknya di rumah sakit kala itu.

United kehilangan hampir semua pemain di tim yang dijuluki Busby Babes pada kecelakaan pesawat di Munich tahun 1958. Kecelakaan tersebut dikenal dengan Munich Air Disaster, dimana 23 pemain dan staff MU tewas akibat tragedi naas tersebut. Dan Liverpool pun meminjamkan beberapa pemainnya ke United karena insiden tersebut, sebagai rasa simpati dan kemanusiaan. Selain menyumbangkan 5 pemain utama ke MU, Liverpool juga menyumbangkan pemain reserves berapapun yang MU inginkan, dan Liverpool yang membayar gajinya. Bill Shankly saat itu mengatakan bahwa Sir Matt Busby sebagai manager yang hebat. Bill Shankly juga mengatakan kepada kubu United bahwa Liverpool siap membantu apa saja yang MU butuhkan saat itu. Setelah tragedi Munich tersebut, MU bisa melanjutkan kembali kompetisi Liga Inggris pada musim 1958-1959, itu semua karena jasa Liverpool. 

Dibalik semua memori, kenangan dan romantisme masa lalu antara kedua tim, selalu akan ada intrik dan persaingan beraroma gengsi setiap kali kedua kubu bentrok baik di Anfield maupun di Old Trafford. Terutama, di era sepakbola modern saat ini. Kartu kuning dan merah berharga sangat murah di derbi panas yang terkadang juga membuat panas wasit yang memimpin dan kita yang menontonnya ini. Keras, kasar, dan emosional menjadi ciri dari atmosfer pertandingan, namun tetap menarik untuk dilihat oleh mata manusia yang masih memiliki cita rasa akan keindahan sepakbola.

Liverpool vs MU in 2011
"Lepasin gue!"
Liverpool vs MU in 2012
Why red card, ref?
Pada akhirnya, semua memori dan hubungan yang terjalin oleh kedua tim akan dilupakan sementara selama 90 menit, saat kapten kedua tim keluar dari ruang ganti dan memimpin rekannya masing-masing untuk memulai kembali duel 'Badai Merah' tahunan di Liga Inggris. Well, sebagai seorang manusia yang masih dianugerahi akal sehat, kecerdasan dan hati nurani oleh Yang Maha Kuasa untuk memilih Liverpool FC sebagai klub idolanya, harus saya akui memang United lebih superior, setidaknya dalam dua musim terakhir dibanding kubu lawan. Tetapi hal itu tidak menghalangi saya untuk tetap lantang dan gagah saat menyanyikan chants We've Won It Five Times malam nanti.

*masih nunggu cucian yang belum kering*
Go to LFC Indonesia website Go to Liverpool FC website